Kamis, 19 Mei 2011

Aneh, Minyak Melorot Pertamax Mendaki


SURABAYA- Pergerakan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di Indonesia dinilai tidak normal (anomali). Pasalnya saat harga minyak dunia melorot selama dua pekan terakhir, harga Pertamax cs malah mendaki. Ironisnya, kini harga Pertamax milik pemerintah lebih mahal dibanding SPBU asing.
Beberapa pihak mengendus ada kekuatan di luar direksi PT Pertamina yang berada di belakang layar yang menginstruksikan PT Pertamina untuk menjual Pertamax selalu lebih mahal. Langkah ini hanya untuk melangengkan bisnis SPBU asing. Bila perusahaan asing (Production Sharing Contract/PSC) mendapat keuntungan lebih, maka pundi-pundi pihak-pihak tertentu makin tebal.
Apalagi, selama triwulan I-2011 pemerintah mengeruk pendapatan 8,198 miliar dollar ( Rp 73,8 triliun) dari sektor minyak dan gas. Artinya, pemerintah mestinya tak mengeluhkan beban subsidi BBM. “Ada tekanan dari luar itu sangat mungkin terjadi,”ujar pengamat perminyakan, Kurtubi, Rabu (18/5).
Secara garis besar. Lanjutnya ada tiga penyebab harga Pertamax lebih mahal dibandingkan dengan beberapa merek lain. Pertama, PT Pertamina kalah efisien dibandingkan dengan produsen lain. Buktinya PT Pertamina mengimpor high octane mogas component (HOMC)—zat adiktif untuk menaikkan oktan—dan mengimpor minyak mentah sebagai bahan baku BBM melalui pedagang atau perantara, bukan langsung ke produsen.
Kedua, produsen asing menggunakan strategi harga lebih murah daripada PT Pertamina untuk menarik pelanggan meski untung tipis. Ketiga, kemungkinan ada kekuatan di luar direksi PT Pertamina yang berada di belakang layar yang menginstruksikan PT Pertamina untuk menjual pertamax selalu lebih tinggi daripada produsen asing demi menolong produsen asing untuk menarik pelanggan agar mereka bisa berkembang.
Untuk diketahui, harga minyak dunia bergerak turun dalam dua pekan terakhir. Harga minyak mentah mingguan yang dihasilkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) turun dari 119,79 dollar/barrel menjadi 109,41 dollar atau turun 10,38 dollar (0,87%).
Bahkan, harga minyak di pasar Asia juga mengikuti tren penurunan yang terjadi di pasar internasional itu. Per Selasa 17 Mei 2011, harga minyak di pasar Asia turun hingga mendekati level 97 dollar/barrel. Harga ini terkoreksi 16% dari level 115 dollar pada 2 Mei lalu.
“Data yang lemah benar-benar memainkan momentum negatif yang kita lihat untuk beberapa minggu terakhir ini,” kata Phil Flynn dari PFG Best Research.Pemerintah AS melaporkan adanya penurunan tajam pembangunan rumah pada April, menandai dalamnya krisis perumahan di negara tersebut. Departemen Perdagangan menyatakan perumahan baru (housing starts) jatuh 10,6% dari Maret dan izin bangunan jatuh 4,0%.
Namun,  penurunan harga minyak di pasar internasional itu tak berbanding lurus dengan harga bensin jenis Pertamax di Indonesia. Padahal bensin jenis ini tidak disubsidi dan penentuan harganya selama ini selalu disesuaikan dengan harga pasar internasional. Pertamina baru-baru ini menaikkan harga pertamax untuk kesekian kalinya. Pada 15 Mei 2011 misalnya, harga Pertamax dinaikkan Rp200 dari Rp9.050 per awal Mei menjadi Rp9.250 per liter. Padahal, harga pada awal Mei itu baru saja dinaikkan dari Rp8.700 per liter yang bertahan sejak pertengahan April lalu.
Banyak kalangan menyebut penurunan itu dipicu kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan menurunkan permintaan minyak mentah.”Ini merupakan hasil ekspektasi para pelaku usaha yang melihat perekonomian Amerika Serikat dan banyak negara tidak sebagus yang diharapkan. Mereka khawatir kondisi ekonomi yang kurang bagus itu akan berdampak menurunnya permintaan minyak oleh negara-negara pengimpor minyak itu,” katanya.
Menurut Kurtubi, faktor lain yang menyebabkan turunnya harga minyak di pasar internasional adalah ulah para spekulan. “Faktor penurunan ekonomi itu dicampur dengan sikap para pelaku spekulan, sehingga terus menurun,” katanya.
Namun demikian, Kurtubi memprediksi penurunan harga minyak mentah dunia itu tidak akan berlangsung lama. Karena, suplai dari negara-negara penghasil minyak masih bermasalah. “Konflik di Libya sebagai eksportir minyak besar belum ada penyelesaian yang jelas. Selain itu negara-negara OPEC masih enggan menambah produksi mereka,” jelasnya.
Apalagi, tambah dia, pada bulan Juni hingga Agustus nanti negara-negara Eropa, Amerika, dan negara yang terletak di utara garis khatulistiwa memasuki libur musim panas. Itu artinya, permintaan minyak akan meningkat. “Pada Summer permintaan minyak biasanya melonjak. Orang Eropa dan Amerika akan banyak berkendara,” tuturnya.
Kurtubi memperkirakan, selama sisa tahun 2011 ini, harga minyak akan terus bergejolak. Fluktuasi harga minyak mentah dunia, kata dia, tidak akan jauh dari kisaran 100 dollar/barrel. “Jenis Brent misalnya, akan merujuk pada 130 dollar,” katanya.
Namun, analisis Kurtubi itu dibantah oleh pihak Pertamina. Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, M Harun, harga pertamax merupakan harga pasar yang fair. Sebab, Pertamax tak mendapatkan subsidi dari pemerintah. “Harga pertamax ini sama dengan harga di pasar dunia. Jadi, ini lah harga minyak yang sebenarnya. Harga yang wajar,” katanya.
Dia mengatakan, penurunan harga minyak mentah dunia itu tak banyak berpengaruh pada harga Pertamax.  Sebab, kata dia, untuk mengolah minyak mentah menjadi Pertamax dan bahan bakar jenis lainnya, memerlukan biaya produksi tersendiri. Biaya itu, dihitung secara rata-rata per dua minggu sekali.”Meskipun harga minyak mentah dunia turun saat ini, bisa saja harga Pertamax naik. Karena kami menghitungnya berdasarkan rata-rata harga produksi tiap dua mingguan,” katanya.
Sayangnya meski Pertamina optimis masyarakat tak menyerbu Premium, meski Pertamax mahal terbantahkan data Badan Pengatur Usaha Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas). Tingkat konsumsi Pertamax dan Pertamax Plus pada Januari-Maret 2011 turun sebesar 38% dibandingkan periode yang sama 2010. Pada Januari-Maret 2010, tingkat konsumsinya mencapai 39,8 ribu kiloliter. Sedangkan pada periode yang sama tahun ini konsumsi bensin jenis itu hanya 24,8 ribu kiloliter.
Migas Untung
Selama triwulan I-2011 pemerintah mengeruk pendapatan 8,198 miliar dollar ( Rp 73,8 triliun) dari sektor minyak dan gas. Meski produksi minyak masih loyo, penerimaan ini dikatakan sudah di atas target.
Kepala BP Migas R. Priyono menegaskan realisasi pendapatan teresebut 23% di atas target yang ditetapkan dalam APBN 2011 yang sebesar 6,65 miliar dollar (Rp 59,9 triliun). “Realisasi penerimaan migas triwulan pertama tahun ini 23% di atas target APBN,” ujarnya.
Sampai triwulan I-2011, produksi migas Indonesia belum mencapai sasaran yang diharapkan dalam APBN 2011. Namun tingginya harga minyak dunia membuat penerimaan migas tersebut melampaui target.
Dalam triwulan pertama 2011 realisasi lifting (produksi) minyak Indonesia adalah 90% (target 87,3 juta barrel, sementara realisasi sebesar 78,5 juta barrel) dan lifting gas adalah 94% (target 699,2 triliun BTU; realisasi 660 triliun BTU).viv,ins,dtc

Kamis, 28 April 2011

pengusaha minta UKM goes to mall

Pengusaha Minta UKM Goes to Mal

Gina Nur Maftuhah - Okezone
Jum'at, 29 April 2011 08:18 wib
 0  00
Ilustrasi. Foto: Koran SI
Ilustrasi. Foto: Koran SI
JAKARTA - Pemerintah didorong untuk lebih mengembangkan usaha kecil menengah (UKM) dengan memberikan space khusus di mall atau pusat-pusat perbelanjaan.

Hal ini disampaikan Ketua Pengembangan UKM Aprisindo sekaligus pengusaha sepatu nasional Yongki Komaladi kepada okezone, di Jakarta, Kamis (28/4/2011).

"Kementerian Perdagangan (Kemendag) bisa bekerja sama dengan mal-mal biar UKM kita yang profesional dan potensial diberi tempat untuk lebih meningkatkan promosinya," ujarnya.

Dia menilai bila UKM tidak akan maju kalau hanya menampilkan produk-produknya di toko ataupun door to door saja. "Di mal, mereka akan banyak belajar tentang bagaimana mengelola usaha yang baik, potensial dan disukai pasar" lanjutnya lagi.

Selain itu, Ia juga menyarankan kepada pengusaha untuk berhenti menyalahkan berbagai pihak atas situasi yang menghambat perkembangan bisnisnya. "Harus kita ubah itu, berhenti minta makan terus, kalau lapar ya harus cari sendiri," tandasnya.

Sekadar informasi, Yongki Komaladi adalah pengusaha sepatu nasional yang mengelola PT Sumber Kreasi Fumiko dan berbasis di Jalan Sentani Raya Kebayoran Baru.
(ade)